Rabu, 19 Agustus 2009

cartoon

KEPERGIAN IBU

14 Agustus 2009

“ sesuatu hal yang telah kau kerjakan jangan pernah berenti di tengah jalan. Apa pun nanti hasilnya lebih baik kau kerjakan samapai selesai”

Tok, tok, tok pukul 02.00 Wib malam terdengar ketukan pintu membuat mata Khounsa terbuka dan langsung membuka pintu melihat siapa yang membangunkan tidurnya pada tengah malam begini. Begitu Khansa membuka pintu Zannah ada di depan pintunya memengang sebuah henpoun. Khansa heran melihat Zannah ada di depan kamarnya tengah malam begini. Zannah berkata pada Khansa,” ayahmu menelponku, dia sudah menghubungi henpoun-mu, tapi tidak aktif. Ssepertinya penting.” Zannah memberikan henpoun-nya pada Khansa.

“ Halo yah?” Khansa menunggu jawaban

“ Khansa kau di suruh oleh ibumu untuk pulang besok pagi!” belum lagi Khansa menanyakan kenapa di suruh pulang ayahnya sudah mematikan henpoun-nya. Setengah jam kemudian adiknya Pandi menelpon. “ Halo kak Khansa. Kakak disuruh pulang oleh ayah besok pagi. Karena ibu sakit, ayah menyuruh kita untuk pulang semua. Pandi saja baru tiba malam ini di rumah. Uda dulu ya kak.”

Sisa malam itu Khansa tidak bisa tidur, malam terasa panjang rasanya. Pikiran Khansa sudah tidak tenang takut terjadi apa-apa dengan ibunya. Walau pun matanya sulit untuk di pejamkan Khansa bisa melewati malam itu. Pagi-pagi sekali Khansa sudah sampai di stasiun kereta api Medan. Untungnya Khansa masih mendapatkan tempat duduk. Selama dalam perjalanan kereta api pikiran Khansa bertambah tidak karuan. Khansa teringat pada kehidupan ibunya selama ini. Ibunya sudah lama sakit, tapi tidak pernah sampai berbaring di rumah sakit. Penyakit ibunya kadang kambuh kadang tidak. Akhir-akhir ini ibunya sakit gula dan sudah sampai pada tahap komplikasi. Sulit untuk mengontrolnya gula darahnya. Karena ibunya banyak makan.

Dalam kereta api Khansa berpikir selama ini belum pernah membahagiakan ibunya. Ingin sekali bisa membahagiakan ibunya. Sering kali Khansa terpikir untuk membahagiakan ibunya, tapi tidak tahu harus dengan cara apa membahagiakannya. Akhirnya Khansa berpikir, mungkin hanya dengan doa bisa membahagikan ibunya. Sebenarnya Khansa ingin ibunya melihatnya nanti wisudah, tapi Khansa masih lama baru wisuda. Takut pada saat Khansa wisuda ibunya sudah tiada. Khansa berjanji pada diri sendiri akan membuat sebuah novel yang akan dihadiahkan pada ibu dan ayahnya.

Tanpa terasa Khansa sudah sampai di stasiun kereta api Rantau Prapat. Dua jam kemudian Khansa tiba di rumah. Khansa melihat ibunya sedang duduk di depan rumah. Tidak ada yang perlu di khawatirkan dengan ibunya. Khansa menyalam ibunya, tiba-tiba ibunya malah bertanya kenapa pulang. Khansa terkejud dengan pertanyaan ibunya. Karena yang menyuruhnya pulang adalah ibunya kenapa sekarang ibunya malah bertanya kenapa pulang. Tapi Khansa tidak mau membuat ibunya heran atau bertanya-tanya. Akhirnya Khansa menjawab kalau ia pulang karena rindu pada ibu. Khansa tidak melihat ayahnya di rumah.

Malam hari seperti biasa di keluarga mereka selalu makan bersama. Selesai makan Khansa menanyakan apa sebenarnya yang terjadi pada ibu.

” Kenapa ayah menyuruh Khansa pulang? Apa sebenarnya yang terjadi pada ibu?” Belum lagi pertanyaan pertama di jawah ayahnya Khansa sudah menanyakan yang kedua.

“ Kemarin malam tiba-tiba ibumu muntah-muntah sampai keluar darah. Pada saat ibumu muntah dia menyuruh kalian pulang semua. Ayah juga tidak tahu apa maksud ubumu. Setelah itu ibumu langsung pingsan. Ayah sangat khawatir takut terjadi apa-apa dengan ibumu. Sedang kalian tidak ada di rumah hanya ayah sendiri. Karena ayah juga takut terjadi apa-apa, makanya ayah menyuruh kalian pulang. Begitu paginya ayah melihat ibumu sehat-sehat saja seperti biasa. Ayah ingin menelponmu agar jangan jadi pulang, tapi ayah tidak punya pulsa.

Besoknya karena tidak ada terjadi apa-apa Khansa kembali ke Medan kuliah. Seminggu kemudian ayah Khansa menelpon mengatakan, kalau saudara dari ibu datang beserta nenek dan kakek pada hari raya idul Adha nanti. Jadi kalau bisa Khansa juga pulang agar bisa berkumpul bersama. Jarang ada kesempatan bisa berkumpul bersama.

Setelah mendapat kabar itu dari ayahnya, Khansa berencana untuk idul Adha di kampung. Khansa pulang kampung pada saat satu hari lagi sebelum idul adha. samapai di rumah, saudar-saudara ibunya, kakek dan nenek belum datang. Hari pertama puasa, Khansa juga puasa, sedangkan ibunya karena sakit gula untuk sementara tidak usa puasa kata ayahnya. Hari itu Khansa memasak untuk buka puasa dan makan malam. Saat Khansa memasak ibunya datang ke dapur. Khansa memberikan buah pir pada ibunya.

”Ibu tidak puasa kan? Khansa ada bawa buah pir kemarin. Ibu mau mencobanya? Ibu belum pernah makan buah pir kan?” Ibunya tersenyum saat Khansa memberikan buah pirnya.tanpa menjawab pertanyaan putrinya itu.

” Oya, ibu mau.”

” Ibu buahnya di cuci dulu baru di kupas, setelah itu baru makan.”

Khansa mencuci buah pirnya dan langsung mengupasnya. Baru kembali Khansa berikan pada ibunya. Saat ibunya makan buah pir ibunya berkata,” buahnya enak Khansa. Ibu belum pernah makan buah seperti ini. Khansa mau mencobanya?”

Tanpa pikir panjang Khansa langsung memakan buahnya. Khansa memakan buahnya dua potong. Dengan santainya Khansa berkata,” iya buk, buahnya enak.” Setelah beberapa saat Khansa baru ingat kalau dia pusa.

” Ibu Khansa kan puasa?” ibu Khansa juga ikut bengong saat Khansa berkata kalau dia lupa kalau sedang puasa.

” Nggak apa-apa lagi Khansa kau kan lupa .” Khansa tersenyum pada ibunya sambil berkata,” ia ibu benar, tapi kenapa Khansa lupa kalau sedang puasa. Tanpa pikir panjang sama sekali buk Khansa langsung ambil buah pirnya. Sedikit pun Khansa tidak ingat kalau sedang puasa.” Akhirnya Khansa dan ibunya sama-sama tertawa.

Besok harinya nenek, kakek, tulang dan bujing, keluarga dari ibu Khansa datang semua sesuai dengan janji mereka sebelumanya akan idul adha di kampong. Hanya dua orang saudara ibu Khansa yang tidak datang yaitu bujing Lina dan bujing Sahara. Keduanya adalah adiknya ibunya. Walau pun mereka berdua tidak datang ,tapi ibunya Khansa sudah sangat bahagia. Sudah lama ibunya Khansa ingin bertemu dengan mereka tapi ibunya tidak bisa naik bus. Setiap kali ibunya naik bus selalu saja mabuk. Itu alsan utama kenapa ibunya tidak bisa mengunjungi kedua orang tuanya, kakak dan adiknya yang lain. Selama ini yang datang mengunjungi ibunya haja saudara-saudaranya saja. Tapi sudah lama mereka tidak datang lagi mengunjungi ibunya. Pernah Khansa berencana mengumpulaka semua saudara ibunya beserta kedua orang tuanya,yaitu pada saat lebaran Khansa berencana mengumpulkan semuanya. Namun begitu Khansa menghubungi mereka tidak satu pun yang bisa datang semua punya alasan masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan. Sebernya rencana itu hanya rencana Khansa tanpa sepengetahuan keluarganya. Khansa tidak tahu alsan apa yang membuat sehingga kedua orang tua beserta saudara ibunya bersedia datang pada lebaran idul addaha. Itu bukan jadi masalah bagi Khansa. Mereka datang saja sekarang Khansa sudah sangat bahagi bisa mengobati atau mengurangi rasa sakit ibunya. Selama ini ibunya kesepian. Ibunya tinggal bersama ayah dan adik palling kecilnya bernama kucol. Setiap kali ibunya punya masalah dengan ayah atau masalah apa pun itu selalu ibu memendamnya sendirin. Ibunya sendiri tidak begitu bergaul di masyarakat karena penyakitnya. Setiap kali Khansa pulang kampong barulah ibunya cerita pada Khansa sampai menangis. Khansa sangat kasihan pada ibunya tidak tahu harus melakukan apa. Khansa sendiri sedih harus meninggalkan ibunya yang sakit demi kuliahnya. Sementara ayahnya setiap hari bekerja tidak ada yang mengurus ibunya di rumah. Malam hari ayahnya istirahat, karena siang harinya ayah sudah capek seharian bekerja. Tidak ada waktu lagi mengurus ibunya apa lagi membicarakan masalah dan kesedihan ibunya. Ayahnya juga memiliki masalah yang sangat banyak. Ayahnya harus bekerja mencari uang sekolah anak-anaknya dan uang perobatan ibunya. Belum lagi biaya ibu dan ayahnya sehari-hari. Ayahnya sangat sabar menjaga ibunya walau pun seharian sudah bekerja. Pulang kerja ayahnya harus memasak lagi. Ibunya sudah tidak bisa memasak dan kerja rumah seperti cuci piring dan cuci pakaian sendiri juga ibu sudah tidak mampu. Semua pekerjaan rumah tangga di limpahkan pada ayahnya semua tanbah lagi harus bekerja sebagai petani karet dan sawit setipa hari. Walau pun begitu banyak beban pekerjaan yang di tanggung ayahnya setiap hari semua di jalani dengan sabar. Ayahnya sangat sabar mengobatkan ibunya. Kemana pun orang menyarankan ibunya untuk berobat selalu di lakukan ayahnya demi kesembuhan ibunya. Sekali pun ayahnya tidak pernah putus asa untuk mengobatkan ibunya.

Khansa tinggal di kampong tidak lama hanya dua hari. Selesai idul addaha Khansa kembali ke Medan kuliah. Sebentar lagi Khansa mengikuli ujian akhir semester. Khansa pulang saudara-saudara yang lain masih berada di rumah. Khansa tidak tahu kapan kake, nenek, tulang dan bujingnya pulang. Di Medan Khansa hanya pokus pada ujiannya selama dua minggu. Pulang dari kampung Khansa tidak ada dapat kabar apa pun dari ayah dan keluarganya.

Hari terahir Khansa ujian yaitu pada hari sabtu tanggal 20 Desember Khansa berencana tidak pulang kampong. Karena Khansa dan teman-teman kuliahnya Lina, Ayu dan Raya berencana buat flim dokumenter. Jauh sebelumnya mereka sudah membicarakan pembuatan flim dokumenter yang akan dilaksanakan pada hari liburan akhrih semester ini.

Selam ujin berlangsung pada hari sabtu Khansa mematikan henpoun-nya. Sudah jadi kebiasaan bagi Khansa tiap kali ujian mau pun kuliah mematikan henpoun-nya.

Hari sabtu itu Khansa ada dua mata kuliah ujian. Selesai ujian pukul 11.00 Wib baru Khansa kembali mengaktipkan henpoun-nya. Begitu henpoun-nya aktip langsung ada panggilan di layar henpon-nya. Kebetulan langsung ada panggilan masuk di layar henpoun-nya tertulis nama tulangnya bernama Borkat yaitu saudara kandu ibunya paling tua laki-laki, setelah itu baru ibunya yang tertua perempuan. Begitu Khansa menerima telpon itu langsung mendengar suara menanyakan sesuatu yang sangat aneh yaitu,” Khansa gimana kabar ibumu?” Kansa bingung dengan pertanyaan tulangnya, tapi Khansa langsung menjawabnya.

” Tulang ibu baik-baik saja tidak ada terjadi apa-apa.” tulangnya malah mengatakan

“ Khansa ibumu sebenarnya sekarang ada di rumah sakit umum Rantau Prapat. Tadi pagi baru di bawa ke rumah sakit sekarang sedang berada di USG.”

Tulangnya menutup telpon, Khansa tidak berkata apa-apa sepatah kata pun lagi begitu mendengar kabar itu.

Khansa sedih mendengar berita dari tulanya, pikirannya sudah tidak tenang ia sudah berpikir sampai kemana-keman. Saat Khansa sedih temannya Sarah datang kesampingnya mengajak untuk makan. Karena dari tadi pagi Khansa belum ada makan sedikit pun, karena takut ketinggalan ujian. Khansa menceritakan kalau ibunya masuk rumah sakit sekarang sedang berada di USG.

Sarah berkata ,” Khansa tidak akan terjadi apa-apa. Kau tenang saja. Masuk USG bukan berarti itu hal buruk, banyak yang keluar dari USG dengan sehat. Sekarang kita lebih baik makan dulu. Nanti Khansa bisa sakit juga, kan jadi repot.”

Pikiran Khansa tenang sedikit setelah mendengar perkataan Sarah barusan. Sarah, Khansa, Lina dan Ayu pergi makan. Saat Khansa memasukkan makanan pertama ke mulutnya henpoun-nya berbunyi. Khansa melihat nama yang tercantum di layar henpoun-nya adalah nama tulangnya lagi. Dengan hati dek-dekan Khansa menerima telpon itu.

“Khansa yang sabar ya, ibumu sudah meninggal. Tadi adikmu Abdullah menelpon tulang. Apa Khansa belum di kasih tahu?”

Khansa sangat terpukul sampai ia tidak menjawab pertanyaan tulanganya. Tidak bisa menahan kesedihan hatinya Khansa langsung menangis di tempat ia makan. Makanan yang ingin ia makan tidak jadi masuk ke mulutnya. Khansa mengatakan pada temannya dengan sedih kalau ibunya sudah meninggal. Khansa mengeluarkan uang Rp 20.000,00 dan memberikannya pada Ayu. Khansa tidak malu untuk menangis di tempat mereka makan itu walau pun banyak orang melihatinya. Sarah dan Lina langsung membawa Khansa pulang ke kosnya sedangkan Ayu membayar makanan yang sudah sempat mereka pesan. Sarah dan lina mengemasi pakaian Khansa untuk pulang. Khansa di antar Lina dengan kereta ke stasiun KUPJ. Karena menurut Khasa dengan naik KUJP akan lebih cepat samapai ke Rantau Prapat dari pada naik kreta api. Sampai Rantau Prapat pukul 21.00 Wib, dijemput oleh salah seorang sepupunya yang sudah dari sore hari menunggunya. Sampai rumah Khansa langsung memeluk ayahnya dengan menangis sampai tersedu-sedu. Selama perjalannanya menuju rumah Khansa selalu memikirkan kalau semua itu adalah bohong ibunya meninggal. Ternyata sampai di rumah semua yang ia khayalkan semuanya bohong ternyata kenyataan. Khansa sedih sekali. Namun Khansa berusaha tegar menghampiri ibunya yang sudah terbujur kaku di kelilingi oleh banyak orang. Khansa membuka kain penutup wajah ibunya. Ia mencium ibunya yang sudah dingin tidak lupa Khansa berdoa. Khansa ikhlas melepas kepergian ibunya demi kebahagian ibunya di surga. Khansa ingat selama ini ibunya hidup menderita ,mungkin dengan kepergian ibunya itu adalah yang terbaik bagi ibunya tersayang. Khansa berusaha untuk tidak banyak menagis. Khansa mengisi kesedihannya dengan banyak mengaji. Selama satu hari itu sebelum ibunya di makamkan Khansa duduk di samping ibunya sambil membersihkan setiap darah yang keluar dari hidung ibunya. Khansa tidak tahu kenapa begitu banyak darah ke luar dari hidung ibunya. Setelah di mandikan juga masih banyak darah keluar dari hidung ibunya. Dengan sabar Khansa membersihkannya dan memberikan dorongan kepada ketiga adiknya agar sabar yaitu Abdul, Fajar dan yaman. Sewaktu ibunya belum di kuburkan adiknya Fafar tidak terlalu banyak menangis, tapi begitu ibunya di bawa adiknya Fajar menangis dengan histeris. Apa lagi teman sekolahnya beserta gurunya datang mengunjungi, Fajar bertambah sedih karena sudah tidak memiliki ibu lagi.

Malam hari setelah ibunya di kuburkan seperti kebiasaan di kampung mereka tiga malam berturut-turut diadakan baca kullu namanya, yang di hadiah kapada orang yang meninggal. Pada malam terahir baca kullu diumumkan oleh tokoh masayrakat di kampung itu mengatakan, agar segera mencari penggati istri ayahnya. Khansa yang ada di situ mendengarnya tidak bisa menahan air mata untuk tidak jatuh. Baru tiga hari ibunya pergi sudah dibicarakan mencari pengganti ibunya. Khansa sedih, tapi semua orang setuju dengan perkataan tokoh masyarakat di kampung itu. Yang paling Khuansa tidak habis pikir ternyata ayahnya juga setuju segera mencari pengganti ibunya. Sampai pada hari keempat Khansa tidak tahan tinggal lama-lama di rumah itu, di mana-mana Khansa selalu teringat ibunya. Khounsa memutuskan pulang kuliah ke Medan.

Malam hari sebelum pagi nanti Khansa pulang, ayahnya mengumpulkan semua keluarganya untuk mengatakan keinginannya untuk menikah. Khansa tidak bisa berkata tidak semua orang sudah setuju. Demi kebaikan ayahnya ke depan lebih baik menikah agar ada yang menjaganya. Mana mungkin ayahnya akan tinggal sendirian di rumah kalau ayahnya sakit siapa yang akan menjaganya sementara semua anaknya sekaloh. Akhirnya Khansa setuju ayahnya menikah lagi dengan alasan demi kebahagaian ayahnya.

Berbeda dengan adiknya Abdullah, setuju ayah mereka menikah, tapi mesti adiknya Abdullah yang deluan menikah setelah itu baru ayahnya. Begitu menikah Abdullah akan berhenti kuliah. Semua orang setuju dengan permintaan Abdullah.

Pagi hari Khansa pulang kuliah ke Medan. Sebelum pulang ke Medan Khansa mendapat cerita kalau tetangga mereka yang sudah lebih dulu menjadi janda ingin menikah dengan ayahnya. Khansa di minta agar tidak setuju ayahnya menikah dengan tetangga mereka yang sudah lama menjadi janda memiliki enam anak. Paling besar sudah menikah sedangkan anak keduanya sebaya dengan Khansa. Namun Khansa tidak terlalu memikirkan itu, baginya mustahil terjadi. Selama ini mereka dengan tetangga sudah dekat seperti saudara. Apa lagi janda itu sudah memiliki anak enam dan hidupnya juga juah lebih mapan dari pada keluaraga mereka. Di Medan Khansa menjalani hari-harinya dengan sedih, selalu mengingat penderitaan ibunya selama hidupanya. Khansa menyesal selama ini menyia-nyiakan waktu bersama ibunya. Khansa tidak menyangka ibunya akan secepat itu akan pergi meninggalkannya untuk selamanya. Khansa merasa menjadi anak yang tidak berbakti bahkan banyak meninggalkan ibunya sendiri. Bahkan Khansa masih sempai terpikir untuk tidak pulang ke rumah saat liburan akhir semester. Belum sempat Khansa membahagiakan ibunya, namun ibunya sudah pergi untuk selamanya. Untuk menebus rasa bersalah selama ini pada ibunya Khansa berjanji pada diri sendiri akan berusaha menjadi anak shaleha.

Seminggu keberadaannya di Medan Khansa kembali pulang kampung menuju hari ibunya. Selama menuiu hari Khansa menjalani hidupnya dirumah kenangan bersama ibunya selalu muncul dipikiran membuatnya bertambah sedih. Saat hari kepergian ibunya Khansa tidak terlalu sedih masih bisa menahan air matanya agar tidak terlalu banyak menangis, tapi sekarang kesedihannya bertamabah sampai Khansa tidsk bisa tidur malam. Tanpa menunggu lama selesai menuju hari Khansa langsung pulang ke Medan.

Dua minggu kemudia Tulang Borkat abang dari almarhum ibunya menelpon dengan menawarkan padanaya kalau ada seorang perawan tua yang sudah berusia tiga puluh tahun dan masih memiliki hubungan keluarga dekat yang bersedia menikah dengan ayahnya. Tulangnya mengatakan

“ Khansa kau mengenal perempuan yang tulang jodohkan ini pada ayahmu. Tulang minta tolong agar kau menceritakan ini pada ayahmu. Karena menurut tulang hanya kau yang bisa mengatakan ini sementara tulang tidak berani. Tulangkan abang dari almarhum ibumu jadi tulang sendiri langsung mengatakannya tidak pantas.” Dengan berat hati Khansa berkata

” Baik tulang Khansa akan berusaha mengatakan pada ayah.”

Seminggu kemudian Khansa menelpon ayahnya mengatakan, “ayah ada perawan tua yang masih memilikin hubungan keluarga dekat dengan kita. Ini saran dari tulang, tapi itu terserah ayah yang akan menjalani kedepan juga ayah.”

Pembicaraan Khansa dan ayahnya berlalu begitu saja tanpa ada jawaban dari ayahnya. Khansa tidak memaksa, mungkin butuh waktu untuk berpikir bagi ayahnya. Malam hari ayahnya menelpon Khansa berkata,” ayah sekarang sudah kena penyakit gula darah dan sudah komplikasi dengan darah tinggi. Mulut ayah juga sakit tidak bisa makan yang pedas-pedas yang juga kompilikasi dari diabetes. Sudah lama ayah terkena penyakit diabetes, namun ayah tidak terlalu memikirkannya. Ayah hanya memikirkan bagai mana ibumu sehat sekarang baru ayah terasa setelah diabetesnya kompilikasi.”

Khansa sedih mendengar cerita ayahnya. Baru saja kehilangan ibunya sekarang ayahnya juga menderita sakit yang sama dengan ibunya. Khansa tahu diabetes adalah penyakit degeneratif, bahkan dia juga beresiko penyakit diabetes dan adik-adiknya yang lain. Tidak mau kehilangan ke dua orang tunya dalam waktu berdekatan Khansa menyarankan ayahnya segera konsultasi ke dokter dan melakukan diet. Agar bisa menurunkan gula darah dan kompilikai bisa diminimalkan.

Ayahnya berkata pada Khansa, ”ayah sudah periksa dan kosul ke dokter. Ayah berharap pada kalian semua jangan terlalu banyak buat masalah takut nanti darah tinggi ayah naik kalau terlalu banyak berpikir, ini saran dari dokter. Konsultasi terahir gula darah ayah samapi empat ratus. Ayah harap Khansa bisa manasehati adikmu Abdullah agar kuliah dengan baik. Ayah dapat kabar selama ini dia tidak aktip kuliah dan sekaranga dia minta uang pada ayah ingin membuka sebuah ponsel dengan modal 5 juta. Ayah katakan padanya agar kuliah dulu, setelah itu baru bekerja kalau sekarang pokus pada kuliah, tapi dia tidak mau malah memarahi ayah.”

Khansa sedih dengan ayahnya sudah tua, tapi tidak punya anak yang berbakti.

“Khansa akan bicara pada Abdullah. Ayah jangan terlalu memikirkannya. Sekarang pokus pada kesehatan ayah saja.”

Khansa menelpon Abdullhan dan mencerikata bagai mana kondisi kesehatan ayah mereka sekarang. Juga menasehati Abdullah agar pokus pada kuliahnya, kalau memang mau buka ponsel nanti setelah selesai kuliah. Abdullah setuju dengan nasehat kakaknya.

Abdullah yang pertama kali ingin menikah lebih dulu dari ayahnya sekarang malah tidak jadi menikah. Sekarang mereka membicarakan calon istri ayah mereka.

Adiknya Yaman yang tidak pernah menghubungi Khansa setelah kepergian almarhum ibu mereka. Baru sekarang Yaman menghubungi Khansa dengan mengeluh

” kak Khasa ayah selalu pilih kasih sama Yaman. Sering kali Yaman yang disuruh bekerja, uang diberikan pada Abdullah lebih banyak dan setiap ada permintaannya selalu di penuhi. Sedangkan Yaman minta uang atau yang lainnya selalu di kasih sedit, ayah pilih kasih.”

“ Yaman, bukan ayah pilih kasih, tapi selama ini hanya Yaman yang bisa diharapkan. Setiap ada pekerjaan Abdullah sering tidak ada di rumah kalau pun dia ada selalu punya alasan untuk menghindar dari perkerjaan yang diberikan padanya. Pada siapa lagi ayah berharap kalau bukan sama Yaman dan kenapa selalu keinginan Abdullah di penuhi karena Abdullah susah diberi pengertian, nasehat, keras kepala ingin selalu keinginannya dituruti. Kakak berharap Yaman tidak buat masalah pada ayah, nanti darah tingginya bisa naik. Kasihan ayah kakak tahu Yaman pasti bisa mengerti dan juga tidak mau terjadi apa-apa pada ayah”

Yaman diam mendengar perkatann kakaknya. Setiap kali adiknya menelpon tidak lupa Khansa mengingatkan adik-adiknya, agar setiap shalat berdoa untuh almarhum ibu mereka. Begitu juga pada Khansa setiap ayahnya menelpon selalu mengingatkan Khansa untuk berdoa setiap shalat.

Khansa pikir Abdullah sudah setuju tidak akan buka ponsel setelah pembicaraan mereka seminggu lalu. Ternyata Abdul tetap pada pendiriannya untuk buka ponsel di tambah dengan dukungan tulang Borkat abang dari almarhum ibu mereka. Keinginan keras Abdullah tidak bisa ayah menolak. Ayah memenuhinya dengan sayarat modal diberikan 5 juta rupiah, uang kos dan uang makan menjadi tanggungan Abdullah dari ponsel yang milikinya.

Khansa menelpon ayahnya menanyakan kenapa akhirnya setuju Abdullah buka ponsel.

” Tidak ada pilihan. Nanti tulangmu beranggapan ayah tidak memberikan modal, karena tidak suka punya anak mandiri. Apa lagi tulangmu setuju dengan idenya Abdullah buka ponsel.”

Abdullah memintan kakaknya membelanjakan barang-barang untuk ponselnya “Kak Khansa, uang untuk pulsa satu juta, cesing dan yang lain-lainya tiga juta dan untuk tempat satu juta selama setengah tahun beserta dengan stelingnya. Abdul minta kakak yang membelikan cesing, kartu dan yang lain-lainya, kalau bisa secepatnya. Agar Abdullah dapat segera buka ponselnya.”

Walau pun sebenarnya Khansa tidak setuju, tapi harus mendukung dan membimbingnya karena sudah jadi keputusan adiknya.

“Kakak tidak bisa secepatnya membelanjakannya, karena sekarang ujian mid semester selama dua minggu. Selesai ujian baru bisa belanja.

” Abdullah setuju dengan kata kakak.”

Selesai ujian Khansa belanja semua keperluan yang di butuhakan Abdullah. Khusus mengantar belanjaan Khansa pulang memberikan baranganya pada Abdullah.

Khansa berpikir tempat sudah selesai hanya tunggu barang datang ponsel sudah bisa di buka. Namun ternyata steling belum selesai dan tempat belum dibersihkan.

Khansa dan ayahnya berkata, ”Abdullah sekarang juga steling bawa kemari dan tempat kita bersihkan agar besok langsung bisa buka ponsel. Bagaimana mau buka ponsel kalau dari sekarang tidak ada satu pun yang beres diselesaikan.”

Abdullah mengerjakan semua yang dikatakan oleh ayah dan kakaknya pada hari itu. Namun besoknya setelah tempat dan steling selesai hanya tinggal buka ponsel, tapi sampai beberapa hari Abdullah belum juga membuka ponselnya. Saat Khansa mengantar belanjaan ayahnya tidak bisa menemani mereka sampai selesai karena ada urusan yang harus diselesaikan. Khansa tidak tahu urusan apa, kata Abdullah itu adalah urusan ayahnya ingin melihat calon mamak baru mereka. Khansa tidak percaya dengan perkaan Abdullah ia menganggap itu bercanda. Selama satu hari di Rantau Prapat setelah itu Khansa pulang ke Medan.

“Khansa pulang pada hari mengampat puluh almarhum ibumu? Kalau bisa harus pulang karena sehari setelah mengampat puluh ayah akan langsung menikah dengan seorang janda beranak satu.”

Khansa tidak tahu harus menjawab apa mendengar pertanyaan ayahnya di henpoun. Sakit hati Khansa tidak bisa di cegahnya pada ayahnya. Belum lagi lama ibunya meninggal, tanah kuburannya pun belum kering. Baru empat puluh hari ibunya meninggal sekarang ayahnya sudah mau menikah, secepat itu kah ayahnya melupakan ibunya.

“Ayah tidak terlalu cepat menikah? Lagian kami belum kenal dengan caolon istri ayah, bahkan hari pernikahannya sudah ditetapkan.”

Khansa hanya mengatakan itu ayahnya sudah marah dan tersinggung.

“Bukan kah hari itu ayah bertanya pada kalian semua rencana menikah lagi dan kalian setuju semua. Kenapa baru sekarang tidak setuju?”

Khansa tidak menyangka ayahnya akan berkata seperti itu, karena tidak bisa menahan sakit hatinya Khansa menjawab, ”Khansa memang setuju, tapi bukan berarti secepat ini ayah akan menikah. Apa tidak bisa tunggu sebentar lagi.”

Ayahnya langsung menutup pembicaraan di telpon. Padahal ayahnya belum menjawab pertanyaan Khansa barusan. Tidak bisa menahan air matanya untuk tidak menangis sendirian di kos, tidak tahu harus cerita pada siapa. Padahal Khansa butuh seseorang yang bisa mendengar curahan hatinya. Akhirnya Khansa memutuskan menelpon Bujing Zannah adik perempuan paling kecil dari almarhum ibunya.

“Bujing ayah mau menikah tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Bahkan kami belum kenal dengan colon istri baru ayah ini terlalu cepat. Kami belum siap sama sekali. Khansa tidak menyangka akan secepat ini.”

“Khansa ini yang terbaik bagi ayahmu. Agar ayah punya teman di rumah. Sementara kalian semua di sekolah kalau ada terjadi apa-apa pada ayah tidak ada yang menjaganya, tapi kalau ayah sudah menikah ada yang menjaganya di rumah bahkan kalau ayah sakit ada yang merawatnya, kalian tidak perlu cemas lagi.”

Khansa hanya bisa menahan tangisnya mendengar perkataan bujing Zannah dengan dadak sesak. Tidak menyangka Bujing Zannah akan berkata seperti itu. Padahal dalam hatinya Bujing Zannah bisa mengerti perasaannya. Khansa menangis di tempat tidur sendirian teringat pada almarhum ibunya.

Tiba-tiba henpoun-nya berbunyi tertera sebuah nama adiknya Yaman. Khansa mengangkat talpon itu, ”kenapa kakak tidak setuju ayah menikah? Bukan kah hari itu sudah jadi kesepakan kita bersama kalau ayah menikah lagi. Kenapa sekarang tidak setuju. Ayah sakit hati pada kakak sampai ayah menangis karena kakak. Kakak sangat keterlaluan” dada Kansa semakin sesak menahan air matanya mendengar perkatan adiknya Yaman barusan. Khansa berharap ada yang mengerti dengan perasaannya sekarang malah Khanas yang di salahkan dan bahkan sampai ayahnya sakit hati padanya.

“ Yaman, bukan kakak tidak setuju ayah menikah lagi, tapi ini terlalucepat. Apa tidak bisa menunggu sebentar lagi?”

“ Kakak ini bukan terlalu cepat. Seharusnya kakak tidak berkata seperti itu pada ayah. Kakak harus datang pada hari mengampat puluh almarhum ibu. Sehari setelah itu ayah menikah.”

“Kakak tidak bisa memutuskannya sekarang apakah setuju ayah menikah secepat ini. Paling lama kakak akan memberi jawaban besok hari apakah kakak setuju dan pulang hari mengampat puluh almarhum ibu.”

Pembicaraan bereka berahir samapai di situ. Kepala Khansa semakin pening ia hanya bisa menangis semalaman. Tidak tahu apakah ia harus setuju dengan ke putusan ayahnya. Tiba-tiba Khansa teringat dengan penyakit gula ayahnya yang sudah kompilimkasih sampai darah tinggi. Khansa tidak mau terjadi apa-apa pada ayahnya hanya karena dia. Khansa setuju dengan ke putusan itu demi ke baikan ayahnya apa pun akan ia lakukan. Pagi harinya Khansa menelpon ayahnya.

“Khansa setuju ayah menikah lagi. Kalau memang itu terbaik bagi ayah. Karena yang menjalani adalah ayah. Apa pun yang menjadi ke putusan ayah Khansa akan mendukunya. Yang terpenting sekarang ayah tetap control gula darah agar jangan samapai naik.”

Khansa bisa merasakan kalau ayahnya terharu mendengar perkataannya.

Khansa minta maaf atas perkataan yang menyakiti hati ayah. Bukannya Khansa tidak setuju ayah menikah lagi, semalam Khansa terkejut dengan perkataan ayah makanya Khansa berkata bseperti itu. Tapi Khansa belum kenal dengan colon intri ayah?”

“ Khansa tidak usah khawatir pada saat mengampat puluh almarhum ibumu ayah bisa mengenalkanmu.”

“ Khansa setuju dengan ayah.” Selesai mengampat puluh saat Khasa ingin pulang ayahnya membawanya ke rumah calon ibu baru. Khansa tidak banyak berkata apa-apa pada colon ibu barunya.

” maaf buk, mungkin Khansa tidak bisa hadir pada pernikahan nanti. Sebelum ibu menyesal nanti Khansa beri tahu sekarang kalau Khansa punya tiga orang adik semuanya sudah sekolah dan ayah sekarang menderita penyakit gula darah. Khansa berharap pada ibu bisa menjaga, menyayangi dan menerima semua adik-adik Khansa. Hanya itu yang ingin Khansa katakan.” Selesai perkenalan, malamnya Khansa langsung pulang.

Hari pernikahan itu terjadi selisih paham antara Abdullah dengan Ayahnya. Abdullah tidak suka pada ibu baru itu beserta keluarganya. Sampai Abadullah tidak hadir pada pernikahan ayahnya. Khansa berusaha untuk hadir pada pernikahan ayahnya itu sudah cukup menghilangkan sedikit kedihan ayahnya karena ketidak hadiran Abdullah.

Ayahnya cerita pada Khansa sedih, karena Abdullah tidak hadir. Selesai semua sehari setelah pernikahn itu Khansa pulang ke Medan dan langsung menghubungi adiknya Abdullah. Khansa bertanya pada adiknya Abdullah kenapa tidak hadir pada acara pernikahan ayah mereka.

” Kak Khansa, Abdullah tidak suka dengan ibu baru itu dan ke luarganya. Mereka mata duitan. Asal kakak tahu pertama kali ayah tidak mau menikah dengan perempuan itu. Tidak tahu kenapa ayah akhirnya bersedia menikah. Sebelumnya Abdullah sudah kenal dengan perempuan itu. Dia bukan perempuan baik, masih ada yang lebih baik yang di jodohkan pada ayah, tapi ayah tidak mau.”

“ Abdullah tidak boleh seperti itu, walau pun bagai mana kita herus setuju dengan ke putusan ayah. Kita harus mengerti sama perasaan ayah. Apa lagi ayah sudah tua, tahu apa yang terbaik untuknya. Mungkin seiring waktu Abdullah bisa menerima ibu baru kita.” Pembicaraan meeka hanya samapai disitu.

Tiga hari berikutnya Khansa mendapat laporan dari adinya Yaman kalau Abdullah ingi pergi kabur dari rumah. Sudah hampir tiga bulan Abdullah tidak masuk kulih, sementara ponselnya sampai sekarang belum pernah di buka. Modalnya semua sudah habis dia makan. Kata Yaman kalau seandainya Abdullah kabur dari rumah ia juga akan ikut kabur biar semua kabur jangan ada lagi yang tinggak di rumah. Ayah tidak pernah memikirkan perasaan kita, kenapa memikirkan perasaan orang lain. Mana bisa selalu memikirkan perasaan orang sementara orang tidak pernah memikirkan perasaan kita. Khansa pening tidak tahu harus buat apa dengan kondisi keluarganya sekarang setelah di tinggal ibunya. Khansa tidak mau keluarganya yang kecil akan semakin kecil. Sementara keluarga dari ibunya semenjak meninggal ibunya tidak ada yang peduli degan mereka, tambah dengan penikah ayahnya yang tidak di restui oleh keluarga almarhum ibunya.

Khansa tidak mau menceritakan masalah itu pada ayahnya. Takut akan menambah beban dan darah tingginya naik. Khansa berusaha memberi pengertian dan menasehati kedua adiknya Abdullah dan Yaman untuk bisa menerima, walau pun itu terasa berat. Demi kebaikan ayah mereka dan keutuhan keluarga jangan sampai hanya karena pernikahan harus kehilangan anggota keluarga. Dengan hati berat Yaman dan Abdullah bisa menerima kehadiran ibu baru.

Setelah masalah itu selesai Abdullah minta menikah dan tidak mau meneruskan kuliahnya lagi. Abdullah juga tidak pernah serius dengan kuliahnya selalu jadi beban pikiran bagi ayah tidak pernah menurut dengan perkataan orang tua. Ayah setuju Abdullah menikah begitu juga dengan kami semua keluarga setuju. Dengan alasan mungkin setelah Abdullah menikah dapat bertambah dewasa dan lebih baik.

Terbukti setelah ia menikah Abdullah dapat lebih dewasa dan bertanggung jawa. Sekarang hanya tinggal masalah Yaman yang ingin masuk angkatan, tapi tidak jadi hanya karena masalah administrasi yang tidak selasai. Yang ujungnya melahirkan perselisan Yaman denga ayah. Sampai akhirnya sekarang Yaman memutuskan untuk kulih di salah satu perguruan tinggi sewasta di Sidimpun. Ayah tidak mau ikut campur lagi dengan urusan kuliah Yaman. Biar dia sendiri yang mengurusnya. Karena ayah tidak mau muncul lagi selisih paham atara mereka berdua.